Laman

Sejarah Candi/keraton Boko Jogja



Boko sebelumnya pernah saya datangi bersama mama dan Bayu adik saya.. hanya saja karena bang Teguh teman saya sangat ngidam untuk datang (sebenernya foto-foto sih) ke sini, maka kami pun mampir ke Boko ini. Candi Boko letaknya hanya sekitar 1 kilo meter selatan candi Prambanan dan candi Sewu. Dari situs itu keindahan kawasan Prambanan dan candi Sewu dengan latar belakang Gunung Merapi bisa dilihat dari atas. Sebab berada di atas bukit dengan ketinggian 195,97 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bangunan utama Situs Ratu Boko adalah peninggalan purbakala yang ditemukan kali pertama oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf pada abad ke-17. Tahun 1790 Van Boeckholtz menemukan reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Situs Ratu Boko. Penemuan itu langsung dipublikasikan. Rupanya, itu menarik minat ilmuwan Makenzic, Junghun, dan Brumun. Tahun 1814 mereka mengadakan kunjungan dan pencatatan. Seratus tahun kemudian, FDK Bosch mengadakan penelitian, dan penelitiannya diberi judul Kraton van Ratoe Boko .

Dari Situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasati Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton. Ia bukan berupa candi pada umumnya sebetulnya. Ia lebih menyerupai tempat tinggal fungsional. Dari hasil browsing, saya belum menemukan jawaban tepat mengenai fungsi situs Boko sebenarnya.

Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.

Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.


Naik ke kawasan Boko, motor/mobil bisa diparkir di tempat parkir yang disediakan pengelola. Untuk masuk, kita dikenakan biaya Rp.10.000 dan Rp.2.000 untuk biaya retribusi parkir motor. Perlu diingat sebaiknya anda menyiapkan stamina yang cukup. Pertama menapak ke pelataran situs Boko, kita akan disambut oleh kantor pengelola yang cukup bagus, kawanan merpati yang jinak seperti di alun2 Eropa, dan air terjun (tak tahu buatan apa bukan) yang cukup menjadi first impression yang baik akan tempat ini.

Naik ke tahap 2, kita akan menemui kandang rusa yang lucu2. Di depannya kita sudah akan melihat gapura keraton Boko yang eksotis, bagaikan melihat film2 silat Indonesia. Setelah melewati gerbang, saya sarankan anda membalikkan badan, karena anda akan menemui pemandangan dahsyat yang membuat anda enggan pulang. Sebelah kiri anda akan menemui bekas candi yang dulu digunakan sebagai krematorium yang di pelatarannya terdapat sebuah lubang yang saya duga adalah tempat kremasinya (sok tahu). Lalu, dibawahnya ada mata air yang disebut (Konon) Amerta Mantana yang berarti Air Mantera. Mitos air ini dapat berguna sesuai apa yang diinginkan dan sering dimanfaatkan untuk acara prosesi ritual antara lain pengambilan air suci untuk prosesi Tawur Agung Umat Hindu.


Berjalan ke kanan, kita akan melewati runtuhan2 dan tangga turun yang nantinya akan mengantar kita menuju pendopo. Sebelum ke pendopo, karena kami semua kelaparan, kami pun memutuskan untuk makan dan bertanya macam2 ttg Boko kepada pemilik warung. Makan kami menu utamanya adalah... indomie.. oke.. tetapi kalo dimakannya di tempat eksotik gini mah, tetep aja kerasa beda.

Pendopo ini merupakan bagian yang cukup menakjubkan dimana jika kita naik keatas pendopo ini akan menemui pemandangan yang tak kalah menarik dengan di pelataran depan (Candi Ijo kelihatan looo).

Di bawah pendopo ini ada sendang-sendang kecil yang dulunya dipakai sebagai taman sari dan keputren tempta putri-putri mandi. Di Gapura keputren ini saya melihat detail-detail Kala. Di kiri bawah pendopo juga kita bisa menemukan 3 buah altar kecil dengan sebuah lubang kecil di depannya. Menurut guide saya dulu, di lubang itu pernah ditemukan bejana-bejana dan artefak lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...