Benteng Vredeburg (Saksi Kolonialisme Belanda di Yogyakarta)
Bangunan yang terletak di ujung Jalan Malioboro ini merupakan satu saksi dari perjalanan sejarah perjuangan Yogyakarta menentang kolonialisme Belanda. Benteng ini dibangun oleh pemerintah Belanda guna melindungi rumah Residen Belanda (sekarang menjadi Gedung Agung) dan pemukiman orang-orang Belanda dari kemungkinan serangan meriam milik Keraton Yogyakarta. Sebelum dibangun menjadi benteng, di tahun 1761 tempat ini merupakan parit perlindungan atau bunker bagi tentara Belanda atau lebih dikenal dengan sebutan Rusten Burg.
Di tahun 1765, Frans Haak mengubahnya menjadi benteng dengan mengambil model benteng di daratan Eropa. Ini bisa dilihat dari ciri parit dalam yang mengelilingi banteng, kemudian ada menara pengawas di setiap sudutnya dan tembok lebar yang memungkinkan para serdadu berpatroli diatasnya dan menembak dari tempat itu. Hingga kini, semua itu masih bisa disaksikan. Karena penguasa Yogyakarta tidak berkenan dengan pembangunan benteng ini maka dibutuhkan waktu 23 tahun untuk menyelesaikannya, hal ini terjadi karena kurangnya suplai tenaga kerja dari penduduk lokal.
Dalam perjalanan sejarahnya, benteng ini sering dijadikan tempat penahanan pemimpin-pemimpin Yogya yang membangkang terhadap pemerintah kolonial Belanda sebelum dibuang ke luar Pulau Jawa. Di tempat ini pula kolaborator Belanda yang masih kerabat Sultan, Danurejo IV merancang taktik untuk menangkap Pangeran Diponegoro, putra tertua Sultan Hamengku Buwono III yang menentang Belanda.
Kini, benteng ini telah beralih fungsi menjadi museum sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya berisi diorama perjuangan yang menceritakan peran penting Yogyakarta. Tak heran bila di halaman dalam banteng ini terdapat patung Panglima Besar Sudirman dan Jendral Urip Sumoharjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar