Waw-waw-waw.. tegang juga mau ngeliat batu tulis yang famous mau digali itu.. tetapi begitu sampai di daerah Batutulis Bogor yang menarik perhatian pertama adalah Makam Embah Dalem Batutulis. Yang ternyata adalah makam seorang Wali penyebar agama Islam di daerah ini. menurut emak2 penjaga makam, Embah Dalem ini dikenal sebagai seorang yang dalam ilmunya, dalam ibadahnya, serta dalam yang baik-baiknya. Tapi saat ini makam Embah Dalem seringkali didatangi para peziarah yang datang untuk berdoa. Kalo kamu mau nyium bau menyan yang yahud, disarankan datang ke tempat ini. Oiya, diluarnya juga ada makam2 tua, entahlah makam siapa, mungkin pengikutnya atau tokoh setempat.
Caw dari makam, rombongan Aleut berjalan ditengah terik matahari untuk menyambangi Stasiun Batutulis yang old school. Sebuah stasiun kecil yang belum tersentuh renovasi. tapi tetep keren dengan artefak bekas rel tua didepannya.
Nah abis mengamati+foto2 di stasiun, Aleut pun menuju situs Arca Puragalih yang sayang sekali ditutup untuk umum, Mungkin takut ilang kali ya. Arca ini kelihatan dari jauh merupakan arca khas Hindu.
Dari arca Puragalih, kita jalan dikit ke Prasasti Batutulis yang kesohor. Batu Tulis dibuat semasa Suwawisesa, putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja (1521-1535) ketika berkuasa. Prasasti ini dipersembahkan untuk mendiang ayahnya untuk membanggakan silsilah serta kebesaran karya ayahnya.
Ketika itu, kawasan Batu Tulis dipergunakan untuk upacara agama, agar Sri Baduga Maharaja yang dianggap bersemayam dalam lingga (lambing kesuburan) mampu melindungi negara yang diancam musuh. Di kawasan Batu Tulis terdapat 15 buah peninggalan berbentuk batu dari jenis batu terasit yang terdapat di sepanjang aliran Cisadane. Enam batu di dalam cungkup, satu batu di teras dan delapan batu di bagian luar.
Kalimat prasasti berbunyi:
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi 00.
Artinya :
Semoga selamat, ini tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (Iagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kencana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam Saka 1455.
Di komplek Prasasti juga dijumpai antara lain Batu Tapak (bekas telapak kaki Prabu Surawisesa), meja batu bekas tempat sesajen pada setiap perayaan, batu bekas sandaran tahta bagi raja yang dilantik, batu lingga tadi, dan lima buah tonggak batu yang merupakan punakawan (pengiring-penjaga-emban) dari batu lingga. Batu lingga ini adalah bekas tongkat pusaka kera*jaan Pajajaran yang melambangkan kesuburan dan kekuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar