Laman

MURAL: FUNGSI DALAM KOMUNIKASI VISUAL


Mural tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna. Bagi pembuatnya, ada pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui mural. Ada pesan dengan memanfaatkan kehadiran mural dengan mencitrakan kondisi sekelilingnya, diantaranya mural hanya untuk kepentingan estetik, untuk menyuarakan kondisi sosial budaya, ekonomi dan juga politik. 



  •  Sosial budaya

 
Hubungan sosial tergambarkan dengan ada relasi yang cukup erat antara gambar dalam mural dengan kondisinya. Ikon dan simbol wilayah yang terpetakan berdasarkan di daerah manakah mural di buat juga menjadi kekhasan tersendiri. Mural di Jakarta akan berbeda dengan mural di Bandung maupun mural di Jogjakarta berdasarkan pengambilan ikon tertentu. Ikon tokoh dalam pewayangan yang lebih dekat dengan Jogjakarta akan diambil untuk menandai wilayah tersebut. Hal ini untuk memunculkan kultur khas dari suatu wilayah, sehingga mural tidak sekedar media seni rupa yang berbicara tanpa pesan namun mampu memunculkan identitas kota. Hal yang cukup strategis dan jitu adalah mural di bawah jembatan layang Lempuyangan. Kereta api yang masuk atau meninggalkan kota Jogjakarta akan segera mengetahui, bahwa mereka telah memasuki atau meninggalkan Jogja. 
Hal ini penting sebagai penanda visual yang memiliki identitas lokasi tujuan.Sekarang setiap orang yang ada di wilayah mural akan mempunyai latar belakang yang lebih berwarna. Penjual nasi angkringan atau kios-kios rokok dengan leluasa bisa bersandar pada pemandangan maya, bersahabat dan menjadi bagian dari gambar-gambar dalam lukisan itu. Bahkan oleh seniman mural, kios-kios penjual rokok di timur Mal Galeria pun disatukan dengan me-mural kios tersebut agar lebih menyatu antara latar belakang dengan objek didepannya.  
Penggemar fanatik klub sepakbola PSIM (Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram), salah satu klub di Liga Indonesia pun membuat mural sebagai wujud kecintaan mereka. Kota yang juga melakukan hal yang sama karena kefanatikan terhadap klub sepakbola adalah Malang. Di Malang akan dengan mudah ditemui mural yang bernada mendukung klub Arema. Stadion Gajayana di Malang pun mural mengitari dinding luar stadion.
  • Estetik
             Mural dengan kepentingan estetik disamping sudah pernah dilakukan untuk kebutuhan desain interior misalnya untuk menampilkan kesan segar maupun kesan berada dalam alam untuk menimbulkan kenyaman dari sang pemilik rumah maupun ruangan, namun mural dengan estetik sebagai tampilan utamanya juga dapat dilakukan di luar ruang. Mural seperti ini biasanya merepresentasikan dari gaya visual, seperti komik, simbolik, espressionisme hingga realisme. 
             Mural tersebut menampilkan tokoh superhero yang biasa ada di film-film. Karenanya pula mural ini digambar di dinding bekas bioskop untuk sekedar merekonstruksi gedung yang pernah ramai disinggahi masyarakat Jogjakarta untuk menonton film. Mural seperti ini tidak ada pesan yang khusus disamping hanya memunculkan karakter superhero dengan tingkat kedetilan tinggi dalam karya publik.
             Begitu pula mural yang dibuat di lokalisasi Sarkem. Tidak ada pesan yang khusus dibuat untuk para penghuni lokalisasi maupun pengunjungnya. Mural dibuat hanya sekedar memperindah wilayah yang tampak kumuh khas stereotip lokalisasi kelas bawah. Simbol kupu-kupu merujuk kepada kalimat ‘kupu-kupu malam’.
Ekonomi
             Pesan dalam mural yang menyuarakan pentingnya ekonomi untuk kemajuan bersama bisa dilihat pada mural dengan tema giat bekerja di seberang Galeria Mall Jl. Jendral Sudirman Jogja. Mural yang menampilkan gambar kaki sedang mengayuh becak serta pion yang biasa dalam permainan catur ditampilkan sebagai kritik sosial. Masyarakat sekitar yang ternyata lebih menyukai permainan sambil berjudi disentil melalui mural tersebut. Pesan yang dimunculkan adalah mengajak untuk giat bekerja daripada berharap ada durian runtuh melalui permainan judi.
            Di Jogjakarta seperti halnya juga di kota lain, fenomena beriklan melalui media mural juga telah banyak. Memanfaatkan momentum dan julukan yang melekat erat, bahwa Jogja sekarang dikenal sebagai kota mural, pihak rokok seperti A-Mild mulai beriklan melalui mural di dinding jembatan layang. Belum lagi perusahaan telekomunikasi seperti Telkom Flexi dan Indosat bersaing memanfaatkan momentum di Jogja perihal mural. Tentu saja hal ini meningkatkan nilai perekonomian daerah setempat, meskipun mural yang seperti ini berdampak kuat pada citra Jogja kota budaya. Dikhawatirkan pemakaian media mural sebagai media iklan semakin menambah polusi visual seperti halnya billboard. Namun bila dirunut ke belakang, produk sabun cuci, seperti Omo Biru, So Klin dan Rinso sudah lebih dulu memanfaatkan dinding masyarakat yang mau dihargai untuk dipakai sebagai media iklan melalui mural. Dinding yang dipakai biasanya dinding yang menghadap ke jalan raya, padat kendaraan dan rumah yang berlantai dua.

  • Politik
            Mural dengan pesan politik di Jogjakarta mewarnai pada beberapa wilayah. Yang cukup menonjol adalah mural dari partai politik dengan logo sebagai point of interest-nya. Partai politik yang memanfaatkannya adalah PDI Perjuangan dan PAN. Partai politik yang berani melakukan hal ini biasanya adalah wilayah dengan basis partai yang kuat. Seperti di wilayah Langenastran ada dinding besar dicat merah bergambarkan orang yang memakai pakaian khas Jogja dengan blangkon di kepala sedang berdiri dengan sikap seperti pagar bagus atau penerima tamu dalam pesta pernikahan Jawa. Di samping orang tersebut logo PDIP terpampang tanpa ada teks penjelas.
            Bentuk mural seperti ini sering juga dilakukan tidak hanya di Jogjakarta tetapi juga di kota lain yang mempunyai massa terbesar partai politik di suatu daerah tertentu. Pesan kritik sosial politik yang non partisan tidak mudah ditemui, namun graffiti yang bersifat corat-coret mudah sekali ditemui pesan yang bernada kritik sosial politik. Bisa jadi karena graffiti lebih bersifat spontan daripada mural yang membutuhkan perencanaan visual. Mural dengan pesan sponsor dari partai politik biasanya menjamur ketika musim Pemilu tiba.
            Hal ini tentu bertolak belakang bila melihat mural yang dibuat oleh negara-negara sosialis maupun negara yang sedang berkecamuk. Mural bagi negara-negara tersebut menyuarakan pada kepatuhan terhadap ideologi yang dianut, dukungan kepada pemerintah hingga ajakan untuk melawan pemerintah. Kuba sebagai sebuah negara sosialis mural mudah ditemui di jalan-jalan utama sebagai bentuk penyanjungan kepada penguasa maupun pahlawan-pahlawan mereka.
          Che Guevara adalah tokoh yang paling sering diangkat dalam karya mural di samping tentu saja Fidel Castro. Bagi penduduk Kuba, Che Guevara adalah pahlawan yang hidup selamanya. Mural di Kuba juga sebagai media doktrinasi dari ideologi sosialis yang dianut negara tersebut. Karena itu tidak heran mural yang menggambarkan  tokoh sosialis maupun pahlawan mereka pun juga dipasang di sekolah dasar di Kuba.
sumber :  Obed Bima Wicandra

bacaan terkait :  
semua tentang grafiti

artikel terkait lainnya 
KLIK SKIP AD JIKA KELUAR IKLAN


 




1 komentar:

  1. hehehe keren lagi nih kang mas permisi numpang copy ya matur suwun sanget bin nuhun

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...